Rabu, 28 November 2012











Sabtu, 09 Juni 2012

makalah krakteristik perkembangan sosial anak usia dini


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk individu dan sosial yang memiliki kelemahan dan kelebihan. Selain itu, manusia tidak dapat hidup dan tidak berdaya tanpa bantuan oang lain. Bantuan yang diberikan oleh manusia lain itu sebagai perwujudan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Bermacam-macam cara yang dilakukan oleh masing-masing individu dalam membantu individu lainnya. Misalnya para guru membantu para orang tua dalam mendidik anaknya. Anak berperan sebagai peserta ddik sehingga setiap guru harus  mempunyai tanggung jawab untuk ikut berperan dalam membentuk kepribadian yang lebih baik dan mengajarkan ilmu agar kelak dapat menjadi insan yang berintelektual dan berguna bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Meskipun peran guru ini sebenarnya bukan komponen utama dalam menentukan kepribadian peserta didiknya.
Buchori (1982:92) mengungkapkan “kepribadian berarti integrasi dari seluruh sifat seseorang baik sifat-sifat yang dipelajarinya maupun sifat-sifat yang diwarisinya, yang menyebakan kesan yang khas, unik  pada orang lain”.
Memahami karakteristik  kepribadian peserta didik tidaklah mudah. Sehingga antara pendidik dengan peserta didik sama-sama belajar. Dari proses belajar tersebut, banyak pendapat-pendapat atau hasil penelitian tentang macam-macam kepribadian peserta didik yang bertujuan agar terjadi kesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Jika dalam kehidupan atau ruang lingkup pendidikan, salah satunya dapat bertujuan untuk memperlancar proses pembelajaran agar sasaran dan ilmu yang disampaikan dapat maksimal saat diterima masing-masing peserta didik. Sehingga dapat dikatakan bahwa memahami kepribadian peserta dapat dianggap modal atau langkah awal para pendidik sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Karakteristik kepribadian sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran karena pelajaran atau materi dapat dipahami oleh peserta didik saat peserta didik dapat fokus terhadap apa yang sedang dibahas. Sebelum membuat peserta didik fokus terhadap materi atau pelajaran yang pendidik berikan, langkah awal pendidik adalah membuat peserta didik fokus kepada pendidik. Apabila para pendidik telah berhasil membuat fokus para peserta didik kepada pendidik, maka dengan mudahnya para pendidik melangsungkan kegiatan belajarnya. Maka dari itu, penulis tertarik untuk memberi tahu tentang macam-macam kepribadian anak.
B. Rumusan Masalah
 Rumusan masalah pada makalah ini, antara lain:
1.      Apa yang dimaksud dengan peserta didik dan belajar?
2.      Apa macam-macam kepribadian atau karakteristik pada  peserta didik?
3.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian?
4.      Apa pengaruh yang muncul akibat kepribadian peserta didik terhadap proses pembelajaran?
  
C. Tujuan Penulisan
            Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai berikut:
1.      Mengetahui arti atau maksud tentang peserta didik dan belajar.
2.      Mengetahui macam-macam kepribadian atau karakteristik pada  peserta didik.
3.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian.
4.      Memahami  pengaruh yang muncul akibat kepribadian peserta didik terhadap proses pembelajaran.


BAB II

PEMBAHASAN



A.    Pengertian Perkembangan
Perubahan merupakan hal yang melekat pada pengertian perkembangan E.B Hurlock (istiwidayanti dan Soejarwo, 1991 ) mengemukakan bahwa perkembangan atau development merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Hal ini termasuk perubahan Kuantitatif dan Kualitatif. Perubahan kuantitatif disebut juga “pertumbuhan” merupakan buah dari perubahan aspek fisik seperti penambahan berat, tinggi dan proporsi badan seseorang. Perubahan Kualitatif meliputi perubahan aspek psikofisik seperti peningkatan kemampuan berpikir, berbahasa, perubahan emosi dan sikap.
Terjadinya dinamika dalam perkembangan disebabkan adanya “kematangan dan pengalaman” yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi/realisasi diri. Kematangan merupakan faktor internal yang dibawa individu sejak lahir seperti ciri khas, sifat, potensi dan bakat. Pengalaman merupakan intervensi Faktor eksternal terutama lingkungan sosial budaya di sekitar individu. Kedua faktor tersebut yaitu Kematangan dan Pengalaman ini secara simultan mepengaruhi perkembangan seseorang.
Sebagai contoh seorang anak yang memiliki bakat musik dan di dukung oleh pengalaman dari lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan bakatnya seperti menyediakan alat musik dan menberi les musik akan berkembang menjadi pemusik yang handal. Perubahan progresif yang berlangsung terus menerus sepanjang hayat memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana manusia hidup.

B.     Pengertian Peserta Didik

Menurut Sinolungan (dalam Kurnia, 2007: 4) menyatakan bahwa penegertian peserta didik dibagi menjadi dua, yaitu dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas, peserta didik adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat. Sedangkan dalam arti sempit, peserta didik adalah setiap siswa yang belajar di sekolah. Peserta didik merupakan subjek fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Sehingga para guru harus merasa  atau menganggap bahwa pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas atau kesatuan.



C.    Pengertian Belajar

Pada hakikatnya, belajar merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang diperoleh melalui proses interaksi dengan lingksungannya” (Wijaya,  1998: 233). Selain itu, perbuatan belajar adalah suatu aspek dari suatu bagian organism yang menganggap atau memandang perbuatan bekajar sebagai suatu aspek dari tingah laku seluruh organism” (Kurnia, 2007: 6)
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinyu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada suatu kemajuan. Belajar tidak hanya tentang pengetahuan saja, tetapi juga tentang etika, menegndalikan diri, dan lain-lain.  Dengan belajar tersebut, diperoleh kepribadian-kepribadian yang sifatnya umum (akibat dari lingkungan) baik kepribadian baik maupun buruk. Jadi, belajar berfungsi sebagai jalan untuk berpengetahuan tinggi dan berkepribadian yang baik.

  
D.    Macam-macam karakteristik kepribadian

Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal.

Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan

Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
· Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif  bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
· Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
· Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.


Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan

Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
· Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
· Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
·Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive), neurotik.
· Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
· Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.
· Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
· Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
·Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
·Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
· Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
· Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
· Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.


Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)

Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temperamen seseorang. Tepe kepribadian itu antara lain:
· Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
· Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
· Tpe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
· Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan.


Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa

Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
· Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
· Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.
·Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic).


Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)

Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:
· Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
· Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.
Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.


Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan “karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:
1.      Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
2.      Anak yang biasa-biasa saja.
3.      Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dekolah”.

Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa:

Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa puber.


†  Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses penegmbangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.


†  Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)
Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.


†  Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional, perilaku negative dan lai-lain, serta membantunya agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di sekitarnya.
E.     Perkembangan kepribadian
“Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata ini berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti “topeng” atau seorang individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya dan memerankan tokoh lain dalam drama” (Buchori, 1982:91). Sehingga kepribadian seseorang adalah perangsang dari orang tua atau kesan yang ditimbulkan oleh keseluruhan tingkah laku orang lain.
Kepribadian bersifat dinamis (tidak statis), dan melainkan berkembang secara terbuka sehingga manusia senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan perkembangan. Kepribadian selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya dan berkembang bersama-sama dengan lingkungannya, serta menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan anak, karena tiap anak mempunyai pengalaman belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat seseorang merupakan hal atau komponen penting. “konsep diri merupakan konsep, persepsi, maupun gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai bayangan dari cermin diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya” (Buchori 1982).
Menurut Suadianto (2009) menerangkan bahwa

Sifat mempunyai dua ciri yang menonjol, yaitu:
(1) Individualistis yang diperlihatkan dalam kuantitas ciri tertentu dan bukan kekhasan ciri bagi orang lain.
(2) Konsistensi yang berarti seseorang bersikap dengan cara yang hampir sama dalam situasi dan kondisi yang serupa, konsep diri merupakan inti kepribadian yang mempengaruhi berbagai sifat yang menjadi ciri khas kepribadian seseorang.
Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa
Mengenai perkembangan pola kepribadian, ada 3 faktor yang menentukan perkembaangan kepribdian seseorang termasuk peserta didik, yaitu:
1.      Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, misalnya sifat sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya.
2.      Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil. Pengalaman itu membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dalam mengadakan penyesuaian diri dan sosial pada perkembangan kepribadian periode selanjutnya.
3.      Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat kuat sehingga mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk pada diri seseorang.
Pada perkembangan kepribadian pesera didik, tidak ada kepribadian dan sifat-sifat yang benar-benar sama. Tiap anak adalah individu yang unik  dan mempunyai pengalaman belajar dalam penyesuaian diri dan sosial yang berbeda secara pribadi. Menurut Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal penting dalam perkembangan kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian atau persistensi. Artinya, terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap dan  relatif tidak berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus terhadap diri seseorang. Persistensi dapat disebabkan oleh kondisi bawaan anak sejak lahir, pendidikan yang ditempuh anak, perilaku orang tua dan lingkungan kelompok teman sebaya, serta peran dan pilihan anak ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial.

F.     Pengaruh Kepribadian Terhadap Peserta Didik

Memahami karakter seseorang memang sangat sulit, namun sangat penting. Apalagi kita sebagai pendidik selalu bersama dengan peserta didik yang sangat banyak dan masing-masing mempunyai karakter-karakter tersendiri. Keadaan atau proses beajar dan mengajar tidak dapat berjalan dengan baik apabila kita tidak saling mengenal dengan peserta didik. Saling mengenal tidak harus dengan menghafal nama-nama dari peserta didik, tetapi pendidik harus mengenal kepribadian dari murid-muridnya.
Berdasarkan tipe-tipe kepribadian yang telah tercantum di atas bahwa setiap sifat yang baik pasti ada sifat yang jelek. Ada peserta didik yang diajak berbicara selalu merespon, ada peserta didik yang periang, ada sifat atau pribadi yang tertutup, ada peserta didik yang kurang menghargai pendidikya dan mengaggap suatu hal biasa. Kita sebagai pedidik, kita harus mengendalikan ego dan menambah kesabaran saat berinteraksi dengan peserta didik untuk mengingatkan bahwa hal tersebut salah, benar, sopan dan lain-lain. Misalnya, anak yang suka bergurau dan menganggap guru adalah teman, saat pendidik melakukan kesalahan dan peserta didik mengejek dengan kata kurang sopan. Apabila kita langsung memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita, maka kita akan ditakuti oleh dia dan bisa saja peserta didik tersebut dan yang lain langsung merasa tegang dan akhirnya pada saat peajaran, bukan suasana yng menyenangkan  yang didapat melainkan suasana tegang. Kita sebagai pendidik harus melihat kepribadian siswa tersebut apakah mudah tersingung atau tidak. Bila murid tersebut tidak muah tersinggung, kita bisa mengingatkan kesalahannya dengan cara lelucon. Namun bila dia mudah tersinggung maka kita bisa menegur saat di luar jam pelajaran. Bila suasana yang tercipta adalah tegang maka materi yang diberikan tidak diserap hingga maksimal dan akhirnya prestasi menurun.



BAB III
 PENUTUP
A.    Kesimpulan

Peserta didik mserupakan subjek utama dalam penyelenggaran  pembelajaran. Tugas utama peserta didik adalah belajar, yaitu kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan perilaku dari segala aspek, mulai dari kognitif sampai psikomotorik.
             
Selama proses belajar berlangsung, pengembangan kepribadian peserta didik pun ikut berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada. Begitu banyak tipe dan karakteristik dari kepribadian dan tiap individu.

Dan setiap orang memiliki kepribadian yang tidak sama, sehingga dengan ketidaksamaan tiap individu, para pendidik harus bisa memahami kepribadian masing-masing agar prestasi peserta didik satu dengan peserta lainnya mempunyai peluang yang sama tanpa membuat kepribadian buruk mereka muncul.
B.     Saran

Anak akan paling cepat belajar bila hal itu dijadikan sesuatu yang menyenangkan dan memuaskan. Dalam proses belajar ada dua macam dorongan. Yang pertama adalah dorongan dari luar, secara lahir. Beberapa contoh dari dorongan sejenis ini ialah ganjaran, hadiah, penghargaan, dan pujian. Dalam mengajar di Sekolah Minggu ada tempat bagi dorongan sejenis ini, tetapi jangan sampai merupakan dorongan satu-satunya
Di akhir makalah ini, mulailah dengan mengucapkan bismillahirrahmannirrahim, kembalilah keawal untuk kedua kalinya, bukalah terus lembaran demi lembaran makalah ini bersama dengan dihari-harimu agar anda ingat dengan materi/ judul makalah ini.
Beri pemahaman kepada mereka (mahasiswa) bahwa penting mendidik seorang anak usia dini, berikan perhatian kepada anak yang beranjak remaja, usahakan agar anda menjadi sehabatnya yang baik.
Wahai orang – orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kalian bersama orang–orang yang benar.


Daftar Pustaka

Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars.
Wijaya, Juhana. 1988. Psikologi Bimbingan. Bandung: PT Eresco.
Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.
Suadianto. 2009. Pentingnya Mengenak Ke[ribadian Siswa untuk Meningkatkan Prestasi Belajar, Online (http://h2dy.wordpress.com/2009/02/17/pentingnya-mengenal-kepribadian-siswa-untuk-meningkatkan-prestasi-belajar, diakses tanggal 6 November 2009).


Sabtu, 12 Mei 2012

Perawatan Kesehatan Untuk Tubuh Anda


Merawat kesehatan adalah suatu hal yang penting atau mutlak dalam hidup. Perawatan kesehatan dapat merubah hidup Anda menjadi lebih baik. Hal ini perlu dilakukan secara konsisten sampai menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini akhirnya akan membentuk suatu pola hidup sehat.
Merawat kesehatan yang dimaksud tercakup secara umum dalam hal-hal berikut.: Pilihlah makanan sehat sebagai makanan Anda. Kandungan vitamin dan gizi yang lengkap dalam makanan sehat sangat dibutuhkan oleh tubuh Anda untuk proses regenerasi sel-sel tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap bakteri dan virus, dan memberi energi dalam menunjang aktivitas Anda sehari-hari.
Sayuran dan buah adalah salah satu jenis makanan sehat yang wajib dikonsumsi setiap harinya. Karena selain memiliki kandungan vitamin atau gizi yang baik, merekapun mengandung serat. Serat sangat dibutuhkan untuk proses pencernaan dan mengantarkan gizi ke seluruh tubuh. Hindari makanan cepat saji karena proses pengolahannya dapat menghilangkan kandungan gizi dalam makanan.
Selain makanan sehat, Anda juga perlu banyak minum air putih. Minum air putih yang dianjurkan adalah minimal delapan gelas atau dua liter sehari. Olahraga teratur juga merupakan cara untuk merawat kesehatan. Sediakan waktu khusus untuk olahraga teratur, minimal seminggu sekali.
Pilihlah jenis olahraga yang Anda sukai, sehingga Anda tidak mudah bosan bila melakukan olahraga yang sama terus-menerus. Jadikan olahraga teratur sebagai hobi Anda. Buatlah target tertentu yang ingin Anda capai dalam melakukan olahraga teratur. Dengan melakukan olahraga teratur, tubuh Anda akan menjadi lebih bugar, tidak mudah jatuh sakit.dan membuat Anda lebih bersemangat.
Hindari stress adalah salah satu kunci utama dalam merawat kesehatan Anda. Kebanyakan penyakit berasal dari tingkat stress yang tinggi. Stress dapat menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh akan menjadi lemah dan mudah terserang penyakit.
Hindari stress dengan sering mengucap syukur dan tidak sering menuntut atau menerima segala sesuatu dengan lapang dada. Dengan demikian Anda dapat menjalani hidup dengan tenang tenang, rileks atau santai.
Selamat mengembangkan pola hidup sehat!
Salam hangat saya untuk orang terdekat Anda, Miranda Kalila

Sabtu, 04 Februari 2012

pancasila sebagai ideologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pancasila yang dikemukakan dalam sidang I dari BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 adalah maksud untuk dijadikan dasar Negara bagi Negara Indonesia.Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi,sosial dan kebudayaan.

Sidang BPUPKI telah menerima secara bulat PANCASILA sebagai dasar Negara Indonesia.Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI.Undang-undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang manjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan Negara agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.Sebagai dasar Negara dan ideology Negara Pancasila harus menjadi paradigma dalam setiap pembaruan hokum.Materi-materi atau produk hokum dapat senantiasa berubah dan diubah sesuai dengan perkembangan jaman dan perubahan masyarakat karena hokum itu tidak berada pada situasi vakum.Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa hokum sebagai pelayanan kebutuhan masyarakaat yang dilayaninya.Dan dalam pembaharuan hokum yang terus menerus itu Pancasila tetap harus menjadi kerangka berpikir dan sumber-sumber nilainya.


B. TUJUAN

  1. Untuk memenuhi tugas dari dosen

  2. Untuk mengetahui Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia





























BAB II

PEMBAHASAN



A. Pengertian Ideologi

Ideologi berasal dari kata Yunani idein yang berarti melihat,atau idea atau yang berarti raut muka,perawakan,gagasan,buah pikiran,dan kata logia yang berarti ajaran.Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (Al.Marsudi,2001:57).

Puspowardoyo(1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai kompleks pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya bumi seisinya serta menentukan asikap dasar untuk mengolahnya.Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya,seseorang menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar,serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.

Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan,ide,keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseoarang dalam berbagai bidang kehidupan,

B. Kekuatan Ideologi

Alfian (BP7 Pusat,1991:192) mengemukakan bahwa kekuatan ideology tergantung pada kualitas tiga dimensi yang ada pada ideologi tersebut:

a) Dimensi realita,yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut secara riil hidup di dalam serrta bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah masyarakat atau bangsanya (menjadi volkgeist/jiwa bangsa).

b) Dimensi idealisme,yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari.

c) Dimensi fleksibilitas/dimensi pengembangan,yaitu ideologi terebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.Dan menurut Alfian,Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini.

C. Makna Ideologi Bagi Negara

Ideologi Negara dalam arti cita-cita negara memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaran

b) Mewujudkan satu asas kerohanian pandangan dunia,pandangan hidup yang harus dipelihara,dikembangkan,diamalkan,dilestarikan kepada generasi penerus bangsa,diperjuangkan,dan dipertahankan.

Ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara tumbuh dan berkembang dalam hidup masyarakat dan bangsa .

Dasar yuridis formal ideologi Pancasila tersimpul dalam Pembukaan UUD 1945,yaitu “..dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa..” yang memiliki makna dasar filsafat negara sekaligus asas kerohanian negara.

D. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Yang dimaksud dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah Pancasila merupakan ideology yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembnagan jaman tanpa pengubahan nilai dasarnya.

Pancasila sebagai ideology terbuka,Pancasila memberikan orientasi ke depan,mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya,terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang.Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa tetap bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik .

E. Integrasi Ideologi

Apabila integrasi elite politik merupakan fase awal pembentukan Negara nasion lewat pergerakan nasional dengan diproklamasikan negara nasion RI proses integrasi lebih lanjut.ialah memperkuat solidaritas nasional seluruh warga Negara RI diperlukan disamping identitas nasional beserta kebudayaan dan kesadaran nasional adalah ideology nasional yang memberi orientasi hidup berwarga Negara serta melembagakan etos kerja.

a) Tujuan politik bernegara kecuali memperetahankan diri terhadap bahaya diluar juuga meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap konstelasi dunia baru,sehingga tidak hanya mampu mengusahakan “survival” di satu pihak,dan di pihak lain meningkatkan keksejahteraan kehidupan individual maupun kolektif.

b) Ideologi nasional terdiri atas nilai-nilai yang perlu dilembagakan dalam masyarakat sedemikian sehingga memudahkan proses sosialisasi bagi warga negra dalam menghayati statusnya itu.

c) Kecuali berfungsi memberi orientasi keapda masyarakat,ideology nasional berefungsi untuk mengembangkan,mempertahankan dan menignkatkan solidaritas nasional,artinya memantapkan integrasi nasional.

d) Pancasila sebagai ideology nasional merupakan soal to be or not tobe atau condition sine qua non.Ada keharusan untuk membudayakannya sebagai etos dalam kebudayaan nasional.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA INDONESIA

1. Pemahaman tentang idiologi menurut para ahli :

a. Nicollo Machiavelli dalam bukunya berjudul IL Principle idiologi berkenaan dengan siasat politik praktis, yang tampak antara lain :

(1). Orang cenderung menafsirkan idiologi berdasarkan kepentingannya.

(2). Agama sering diatasnamakan dalam penafsiran idiologi.

(3). Tipu daya sering dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan.

Jadi menurut Nicollo Machiavelli, Idiologi adalah pengetahuan mengenai cara mendapatkan, menyembunyikan dan mempertahankan kekuasaan dengan memamfaatkan konsepsi keagamaan dan tipu daya.

b. Antoine Destut de Tracy dalam bukunya berjudul Les Elements de L’ Ideologie, menyatakan idiologi adalah ilmu tentang ide-ide atau ilmu tentang gagasan-gagasan yang sehat yaitu gagasan yang sesuai dengan realita-realita masyarakat dan sejalan dengan akal budi.

c. Karl Marx, idiologi adalah kesadaran palsu, sebab idiologi adalah hasil pikiran tertentu yang diciptakan oleh para pemikir.

d. Louis Althusser, idiologi adalah pandangan hidup sebab idiologi mengajarkan pada setiap orang tentang bagaimana cara menjalankan hidup di dunia bukan mengajarkan apa itu dunia.

2. Dua kutub idiologi :

Kutub positif apabila suatu idiologi bisa menjadi sesuatu yang baik manakala idiologi mampu menjadi pedoman hidup menuju kehidupan atau kesejahteraan manusia, dan kutub negatif sebuah idiologi menjadi sesuatu yang tidak baik manakala idiologi itu dijadikan alat untuk menyembunyikan kepentingan penguasa. Dalam hal ini idiologi hanya sebagai kesadaran palsu.

3. Pengertian idiologi secara luas dan sempit :

Dalam arti luas, idiologi menunjuk pada pedoman dalam berpikir ataupun bertindak sebagai pedoman hidup dalam semua segi kehidupan, baik pribadi maupun umum. Sedangkan dalam arti sempit, idiologi menunjuk pada pedoman baik dalam berpikir maupun bertindak sebagai pedoman hidup dalam bidang tertentu.

Sebuah idiologi dapat bertahan dalam menghadapi perubahan dan tantangan dalam masyarakan apabila idiologi itu memiliki 3 dimensi, yaitu :

(1). Dimensi Realita yaitu kemampuan sebuah idiologi untuk mencerminkan realita yang hidup dimasyarakat dimana ial lahir atau kenyataan saat awal kelahirannya.

(2). Dimensi Idealisme yaitu kemampuan sebuah idiologi untuk dapat memberikan harapan-harapan kepada masyarakatnya untuk mewujudkan masa depan yang cerah melalui pembangunan.

(3). Dimensi Fleksibelitas yaitu kemampuan suatu idiologi dalam mempengaruhi sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya dengan menemukan tafsiran-tafsiran sesuai dengan kenyataan baru yang muncul dihadapannya.

Catatan :

Idiologi negara bukan idiologi milik negara, tetapi idiologi negara adalah gagasan fundamental mengenai hidup bernegara. Oleh karena itu Pancasila sebagai Idiologi negara adalah gagasan fundamental mengenai hidup bernegara milik seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya milik negara atau rezim pemerintah.

4. Sejarah Perumusan Pancasila :

1. BPUPKI ( Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai ) atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, bersidang 2 kali :

a. Sidang pertama tanggal 29 mei sampai 1 juni 1945, membahas Dasar Negara Indonesia antara lain dikemukakan oleh :

Rumusan Mr. Muhammad Yamin, sbb :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia

3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Rumusan Ir. Sukarno, sbb:

1. Kebangsaan

2. Internasionalisme

3. Mufakat atau demokrasi

4. Kesejahteraan sosial

5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Rumusan Piagam Jakarta sbb :

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Catatan :

Sila pertama Piagam Jakarta ini tidak mencerminkan realita kemajemukan agama yang di peluk oleh masyarakat Indonesia, sehingga keberatan disampaikan oleh mereka yang diluar islam sehingga demi persatuan dan kesatuan bangsa maka rumusannya diubah menjadi: Ketuhanan Yang Maha Esa, dan diberi nama Pancasila sehingga ditetapkan menjadi Dasar Negara Indonesia.

b. Sidang kedua tanggal 10 sampai 16 Juli 1945, Membahas rancangan Undang- Undang Dasar Negara Indonesia yang menghasilkan UUD 1945 yang terdiri dari :

1. Pembukaan UUD 1945 empat alinea yang didalamnya tercantum rumusan Definitif Pancasila.

2. Batang tubuh yang terdiri dari : 16 BAB, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan.

3. Penjelasan yang terdiri dari Penjelasan umum dan pasal demi pasal.

6. Fungsi Pancasila sebagai idiologi Negara :

1. Mempersatukan bangsa

2. Mengarahkan bangsa menuju cita-citanya.

3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa.

4. Sebagai ukuran dalam menyampaikan kritik mengenai keadaan bangsa.

7. Pancasila Sebagai Idiologi Terbuka :

Pancasila memenuhi syarat sebagai idiologi terbuka, sebab :

1. Memiliki nilai dasar yang bersumber pada masyarakat atau realita bangsa Indonesia seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Atau nilai-nilainya tidak dipaksakan dari luar atau bukan pembe-berian negara.

2. Memiliki nilai instrumental untuk melaksanakan nilai dasar, seperti UUD 45, UU, Peraturan-peraturan, Ketetapan MPR, DPR, dll

3. Memiliki nilai praksis yang merupakan penjabaran nilai instrumental. Nilai Praksis terkandung dalam kenyataan sehari-hari yaitu bagaimana cara kita melaksanakan nilai Pancasila dalam hidup sehari-hari, seperti toleransi, gotong-royong, musyawarah, dll.

8. Idiologi Tertutup adalah idiologi yang bersifat mutlak dimana nilai-nilainya ditentukan oleh negara atau kelompok masyarakat, nilainya bersifat instan.

Ciri-cirinya :

a. Cita-cita sebuah kelompok bukan cita – cita yang hidup di masyarakat.

b. Dipaksakan kepada masyarakat.

c. Bersifat totaliter menguasai semua bidang kehidupan masyarakat.

d. Tidak ada keanekaragaman baik pandangan maupaun budaya, dll

e. Rakyat dituntut memiliki kesetiaan total pada idiologi tersebut.

f. Isi idiologi mutlak, kongkrit, nyata, keras dan total.

9. Idiologi terbuka adalah idiologi yang tidak dimutlkakkan dimana nilainya tidak dipaksakan dari luar, bukan pemberian negara tetapi merupakan realita masyarakat itu.

Ciri-cirinya :

a. Merupakan kekayaan rohani, budaya ,masyarakat.

b. Nilainya tidak diciptakan oleh negara, tapi digali dari hidup masyarakat itu.

c. Isinya tidak instan atau operasional sehingga tiap generasi boleh menafsirkan nya menurut zamannya.

d. Menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab.

e. Menghargai keanekaragaman atau pluralitas sehingga dapat diterima oleh berbagai latar belakang agama atau budaya.

10. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan :

Pembangunan adalah usaha bangsa untuk meningkatkan mutu dan tarap hidup masyarakat sehingga menjadi lebih baik. Paradigma adalah anggapan-anggapan dasar, acuan atau keyakinan, pedoman untuk melihat dan menyelesaikan persoalan.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan berarti pancasila berisi anggapan dasar, keyaklinan acuan pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pemamfaatan hasil-hasil pembangunan di Indonesia.

Dalam pembangunan terdapat tiga proses yang terjadi Yaitu :

1. Emansipasi Bangsa : Usaha angsa utnuk melepaskan diri ketergantungan pada bangsa lain agar dapat berdiri sendiri dengan kekuatan sendiri.

2. Modernisasi : upaya untuk mencapai taraf dan mutu kehidupan yang lebih baik.

3. Humanisasi : pembangunan itu untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya Yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan YME, cerdas dan trampil, berbudi pekerti yang luhur, sehat jasmani dan rohani, disiplin, kritis terhadap lingkungan, bertanggung jawab serta mampu membangun dirinya dalam rangka membangun bangsanya.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan maka hasil maupun pelaksanaan pembangunan itu tidak boleh bersifat pragmatis yaitu hanya mementingkan kebutuhan manusia tetapi mengabaikan pertimbangan etis. Juga pembangunan itu tidak boleh bersifat idiologis artinya mengarah kepada praktek idiologi tertentu. Pemangunan itu harus melayani manusia nyata.

Untuk mencapai pembangunan seperti diatas harus melalui 3 syarat :

1. Menghormati Hak Asasi Manusia artinya pembangunan tidak mengorbankan manusia nyata tetapi harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.

2. Pembanguan harus dilaksanakan dengan demokratis artinya melibatkan masyarakat sebagai tujuan dari pemangunan itu untuk mengmbil keputusan apa yang menjadi kebutuhannya.

3. Pembangunan itu penciptaan taraf minimum keadilan sosilal, supaya tidak terjadi kemiskinan struktural yaitu kemiskinan yang terjadi bukan semata-mata karena kemalasan individu tetapi karena struktur sosial yang tidak adil.

11. Sikap positif terhadap Pancasila sebagai idiologi terbuka :

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa : bangsa Indonesia percaya dan bertakwa kepada Tuhan YME menurut keyakinan. Menganut monotheisme (keyakinan Terhadap satu Tuhan), memeluk berbagai agama menurut keyakinan.dll

b. Sila Kemanusiaan Yang adil dan beradab : Menghormati harkat dan martabat sesame manusia didunia.dll

c. Sila Persatuan Indonesia : menggalang persatuan dan kesatuan, nasionalisme, patriotism, mengitamakan kepentingan bangsa dan negara.dll

d. Kerakyatan Yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan : Mengutamakan musyawarah untuk mefakat dalam menyelesaikan, mengambil keputusan bersama.dll

e. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia : Sederhana, hemat orientasi pada masa depan, menghargai hasil karya, menabung, dll

12. Permasalahan yang kemungkinan timbul dari Pancasila sebagai idiologi terbuka adalah :

  1. Pancasila akan berkembang kalau segenap komponen masyarakat proaktif, terus menerus mengadakan penbafsiran terhadap Pancasila sesuai keadaan, bila masyarakat pasif maka Pancasila akan menjadi idiologi tertutup, relevansinya akan hilang.

  2. Karena terbuka untuk ditafsirkan oleh setiap orang maka tidak menutup kemungklinan Pancasila akan ditafsirkan menurut keinginan atau kepentingan



































































BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan terseleainya pembuatan makalah Pancasila yang berjudul “Pancasila Sebagai Ideologi Nasional”,dapat dibuat kesimpulan:

Ideologi nasional terdiri atas nilai-nilai yang perlu dilembagakan dalam masyarakat sedemikian sehingga memudahkan proses sosialisasi bagi warga negara dalam menghayati statusnya itu.

Pancasila sebagai ideology nasional merupakan soal to be or not tobe atau condition sine qua non.Ada keharusan untuk membudayakannya sebagai etos dalam kebudayaan nasional.

B. Saran

Ø Ideologi nasional (Pancasila) harus ditanamkan dalam diri masyarakat karena mengandung nilai-nilai yang perlu dilembagakan dalam masyarakat.

Ø Ideologi nasional harus dijaga dengan baik karena sudah sesuai dengan kepribadian Bngsa agar tidak terpengaruh oleh odeologi-ideologi lain yang kurang sesuai dengan kepribadian Bangsa .



















Daftar Pustaka



Tim penyusun,Negara dan Nasionalisme Indonesia.1995.Hal 8-9.Jakarta:Gramedia.

Elly M.Setiadi,M.Si.,Dra.Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.2005.Hal 167-172.Jakarta:Gramedia.

Jarmanto,Drs.Pancasila Suatu Tinjauan Aspek Historis dan Sosio Politis.1982.Yogyakarta:Liberti.

Kaela,Drs.Pancasila Yuridis Kenegaraan.1987.Yogyakarta:Liberti.

Saksono,Gatut.Pancasila Soekarno.2007.Yogyakarta:CV.Urna Cipta Media Jaya.

Miftahuddin Zuhri,Drs.Pancasila.1985.Yogyakarta:Liberti.