BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk individu dan sosial
yang memiliki kelemahan dan kelebihan. Selain itu, manusia tidak dapat hidup dan tidak berdaya tanpa bantuan
oang lain. Bantuan yang
diberikan oleh manusia lain itu sebagai
perwujudan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Bermacam-macam cara yang dilakukan oleh
masing-masing individu dalam membantu individu lainnya. Misalnya para guru
membantu para orang tua dalam mendidik anaknya. Anak berperan sebagai
peserta ddik sehingga setiap
guru harus mempunyai
tanggung jawab untuk ikut berperan dalam membentuk kepribadian yang lebih baik
dan mengajarkan ilmu agar kelak dapat menjadi insan yang berintelektual dan
berguna bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Meskipun peran guru ini sebenarnya
bukan komponen utama dalam menentukan kepribadian peserta didiknya.
Buchori (1982:92) mengungkapkan “kepribadian berarti
integrasi dari seluruh sifat seseorang baik sifat-sifat yang dipelajarinya
maupun sifat-sifat yang diwarisinya, yang menyebakan kesan yang khas, unik
pada orang lain”.
Memahami karakteristik kepribadian peserta didik tidaklah mudah.
Sehingga antara pendidik dengan peserta didik sama-sama belajar. Dari proses
belajar tersebut, banyak pendapat-pendapat atau hasil penelitian tentang
macam-macam kepribadian peserta didik yang bertujuan agar terjadi kesinambungan
antara satu dengan yang lainnya. Jika dalam kehidupan atau ruang lingkup
pendidikan, salah satunya dapat bertujuan untuk memperlancar proses
pembelajaran agar sasaran dan ilmu yang disampaikan dapat maksimal saat
diterima masing-masing peserta didik. Sehingga dapat dikatakan bahwa memahami
kepribadian peserta dapat dianggap modal atau langkah awal para pendidik
sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Karakteristik kepribadian sangat
berpengaruh dalam proses pembelajaran karena pelajaran atau materi dapat
dipahami oleh peserta didik saat peserta didik dapat fokus terhadap apa yang
sedang dibahas. Sebelum membuat peserta didik fokus terhadap materi atau pelajaran yang pendidik berikan, langkah
awal pendidik adalah membuat peserta didik fokus kepada pendidik. Apabila para
pendidik telah berhasil membuat fokus para peserta didik kepada pendidik, maka
dengan mudahnya para pendidik melangsungkan kegiatan belajarnya. Maka dari itu, penulis tertarik untuk memberi tahu
tentang macam-macam kepribadian anak.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada makalah ini, antara lain:
1.
Apa yang dimaksud dengan peserta didik dan belajar?
2.
Apa macam-macam kepribadian atau karakteristik pada
peserta didik?
3.
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian?
4.
Apa pengaruh yang muncul akibat kepribadian peserta
didik terhadap proses pembelajaran?
C.
Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini bertujuan
sebagai berikut:
1.
Mengetahui arti atau maksud tentang peserta didik dan
belajar.
2.
Mengetahui macam-macam kepribadian atau karakteristik
pada peserta didik.
3.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian.
4.
Memahami
pengaruh yang muncul akibat kepribadian peserta didik terhadap proses
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Perkembangan
Perubahan merupakan hal yang melekat pada
pengertian perkembangan E.B Hurlock (istiwidayanti dan Soejarwo, 1991 )
mengemukakan bahwa perkembangan atau development merupakan serangkaian
perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan
pengalaman. Hal ini termasuk perubahan Kuantitatif dan Kualitatif. Perubahan
kuantitatif disebut juga “pertumbuhan” merupakan buah dari perubahan aspek
fisik seperti penambahan berat, tinggi dan proporsi badan seseorang. Perubahan
Kualitatif meliputi perubahan aspek psikofisik seperti peningkatan kemampuan
berpikir, berbahasa, perubahan emosi dan sikap.
Terjadinya dinamika dalam perkembangan
disebabkan adanya “kematangan dan pengalaman” yang mendorong seseorang untuk
memenuhi kebutuhan aktualisasi/realisasi diri. Kematangan merupakan faktor
internal yang dibawa individu sejak lahir seperti ciri khas, sifat, potensi dan
bakat. Pengalaman merupakan intervensi Faktor eksternal terutama lingkungan
sosial budaya di sekitar individu. Kedua faktor tersebut yaitu Kematangan dan
Pengalaman ini secara simultan mepengaruhi perkembangan seseorang.
Sebagai contoh seorang anak yang memiliki bakat
musik dan di dukung oleh pengalaman dari lingkungan keluarga yang mendukung
perkembangan bakatnya seperti menyediakan alat musik dan menberi les musik akan
berkembang menjadi pemusik yang handal. Perubahan progresif yang berlangsung
terus menerus sepanjang hayat memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan
lingkungan dimana manusia hidup.
B. Pengertian
Peserta Didik
Menurut Sinolungan (dalam Kurnia, 2007: 4) menyatakan bahwa penegertian
peserta didik dibagi menjadi dua, yaitu dalam arti luas dan sempit. Dalam arti
luas, peserta didik adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat. Sedangkan dalam
arti sempit, peserta didik adalah setiap siswa yang belajar di sekolah. Peserta
didik merupakan subjek fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran. Sehingga para guru harus merasa atau menganggap bahwa
pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas atau
kesatuan.
C. Pengertian
Belajar
Pada hakikatnya, “belajar merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik yang diperoleh melalui proses interaksi dengan lingksungannya” (Wijaya, 1998: 233). Selain itu, “perbuatan belajar adalah suatu aspek dari suatu bagian organism
yang menganggap atau memandang perbuatan bekajar sebagai suatu aspek dari
tingah laku seluruh organism” (Kurnia, 2007: 6)
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinyu,
relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada suatu kemajuan. Belajar tidak hanya tentang pengetahuan saja,
tetapi juga tentang etika, menegndalikan diri, dan lain-lain. Dengan
belajar tersebut, diperoleh kepribadian-kepribadian yang sifatnya umum (akibat
dari lingkungan) baik kepribadian baik maupun buruk. Jadi, belajar berfungsi sebagai jalan
untuk berpengetahuan tinggi dan berkepribadian yang baik.
D. Macam-macam
karakteristik kepribadian
Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan.
Berikut ini adalah tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar
kita lebih memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan
belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal.
Menurut
Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982)
menyatakan
Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga,
yaitu:
· Kepribadian
Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati
kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering
ambil bagian dalam aktivitas sosial.
· Kepribadian
Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol
diri yang baik.
· Neurosis:
dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai
dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
Menurut Mahmud
1990 (dalam Suadianto 2009)
menyatakan
Kepribadian terbagi menjadi dua belas
kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
· Mudah
menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
· Bebas,
cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
·Emosi
stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive), neurotik.
· Dominat,
menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
· Riang,
tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri,
sedih.
· Sensitif,
simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
· Berbudaya,
estetik VS kasar, tidak berbudaya.
·Berhati-hati,
tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak
bertanggung jawab.
·Petualang,
bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
· Penuh
energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
· Tenang,
toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
· Ramah,
dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
Menurut
Hippocrates dan Galenus (dalam
Kurnia 2007)
Tipologi kepribadian
yang tertuang bersifat
jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan
cairan tubuh yang menentukan temperamen seseorang. Tepe kepribadian itu antara
lain:
· Tipe
kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan
temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
· Tipe
melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah
sedih dan mudah putus asa.
· Tpe
phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
· Tipe
sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis,
dan cekatan.
Menurut
Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia
2007) menyatakan bahwa
Tipologi kepribadian berdasarkan
bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
· Tipe asthenicus atau ectomorpic
pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan
berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
· Tipe pycknicus atau mesomorphic
pada orang yang betubuh gemuk
pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan
sosial luas, banyak teman, dan suka makan.
·Tipe athleticus atau mesomorphic
pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan
yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan
diri.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak
manusia dengan tipe campuran
(dysplastic).
Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)
Tipologi kepribadian
dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:
· Tipe
Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
· Tipe
Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh
nilai-nilai subjektif.
Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau
kombinasi antara ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.
Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya
seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan “karakteristik
anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:
1. Kelompok
anak yang mudah dan menyenangkan.
2. Anak
yang biasa-biasa saja.
3. Anak
yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan
kegiatan pembelajaran di dekolah”.
Menurut Kurnia (2007) menjelaskan
bahwa:
Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara
bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai
masa puber.
Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak
meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan
harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan
perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam
proses penegmbangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak
sulit diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua.
Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru
Playgroup sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau
mendidik siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat
mulai belajar hidup secara tertib. Dan
sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)
Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan
ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang
digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai
masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh
teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini
juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan
benda-benda miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar,
karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di
sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan
keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan
penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.
Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan
masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber,
puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun
terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak
dan remaja, di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi
basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa
remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan
dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga
menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik
dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar,
permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam
berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu
memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional, perilaku
negative dan lai-lain, serta membantunya agar anak dapat menerima peran seks
dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di sekitarnya.
E. Perkembangan
kepribadian
“Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality.
Kata ini berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti “topeng”
atau seorang individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya
dan memerankan tokoh lain dalam drama” (Buchori, 1982:91). Sehingga kepribadian
seseorang adalah perangsang dari orang tua atau kesan yang ditimbulkan oleh
keseluruhan tingkah laku orang lain.
Kepribadian bersifat dinamis (tidak statis), dan melainkan berkembang secara terbuka
sehingga manusia senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan perkembangan.
Kepribadian selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya dan
berkembang bersama-sama dengan lingkungannya, serta menentukan jenis
penyesuaian yang akan dilakukan anak, karena tiap anak mempunyai pengalaman
belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam perkembangan kepribadian, konsep
diri dan sifat-sifat seseorang merupakan hal atau komponen penting. “konsep diri merupakan konsep,
persepsi, maupun gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai
bayangan dari cermin diri. Konsep
diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya” (Buchori 1982).
Menurut Suadianto (2009) menerangkan bahwa
Sifat mempunyai dua ciri yang menonjol, yaitu:
(1) Individualistis yang diperlihatkan dalam kuantitas ciri tertentu dan
bukan kekhasan ciri bagi orang lain.
(2) Konsistensi yang berarti seseorang bersikap dengan cara yang hampir
sama dalam situasi dan kondisi yang serupa, konsep diri merupakan inti
kepribadian yang mempengaruhi berbagai sifat yang menjadi ciri khas kepribadian
seseorang.
Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa
Mengenai perkembangan pola kepribadian, ada 3 faktor yang
menentukan perkembaangan kepribdian seseorang termasuk peserta didik, yaitu:
1. Faktor
bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, misalnya sifat
sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga
wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya.
2.
Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil. Pengalaman
itu membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi perkembangan
kepribadian anak dalam mengadakan penyesuaian diri dan sosial pada perkembangan
kepribadian periode selanjutnya.
3.
Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar
kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat kuat sehingga
mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk pada diri seseorang.
Pada perkembangan kepribadian pesera
didik, tidak ada kepribadian dan sifat-sifat yang benar-benar sama. Tiap anak
adalah individu yang unik dan mempunyai pengalaman belajar dalam
penyesuaian diri dan sosial yang berbeda secara pribadi. Menurut Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal
penting dalam perkembangan kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian
atau persistensi. Artinya, terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian
yang menetap dan relatif tidak berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus terhadap diri seseorang.
Persistensi dapat disebabkan oleh kondisi bawaan anak sejak lahir, pendidikan yang ditempuh anak, perilaku orang tua dan lingkungan kelompok
teman sebaya, serta peran dan pilihan anak ketika berinteraksi dengan
lingkungan sosial.
F. Pengaruh
Kepribadian Terhadap Peserta Didik
Memahami karakter seseorang memang sangat sulit, namun sangat penting. Apalagi
kita sebagai pendidik selalu bersama dengan peserta didik yang sangat banyak dan
masing-masing mempunyai karakter-karakter tersendiri. Keadaan atau proses
beajar dan mengajar tidak dapat berjalan dengan baik apabila kita tidak saling
mengenal dengan peserta didik. Saling mengenal tidak harus dengan menghafal
nama-nama dari peserta didik, tetapi pendidik harus mengenal kepribadian dari
murid-muridnya.
Berdasarkan tipe-tipe kepribadian yang telah tercantum
di atas bahwa setiap sifat yang baik pasti ada sifat yang jelek. Ada peserta
didik yang diajak berbicara
selalu merespon, ada peserta didik
yang periang, ada sifat atau pribadi yang tertutup, ada peserta didik yang
kurang menghargai pendidikya dan mengaggap suatu hal biasa. Kita sebagai
pedidik, kita harus mengendalikan ego dan menambah kesabaran saat berinteraksi
dengan peserta didik untuk mengingatkan bahwa hal tersebut salah, benar, sopan
dan lain-lain. Misalnya, anak yang suka bergurau dan menganggap guru adalah
teman, saat pendidik melakukan kesalahan dan peserta didik mengejek dengan kata
kurang sopan. Apabila kita langsung memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita,
maka kita akan ditakuti oleh dia dan bisa saja peserta didik tersebut dan yang
lain langsung merasa tegang dan akhirnya pada saat peajaran, bukan suasana yng
menyenangkan yang didapat melainkan suasana tegang. Kita sebagai pendidik
harus melihat kepribadian siswa tersebut apakah mudah tersingung atau tidak.
Bila murid tersebut tidak muah tersinggung, kita bisa mengingatkan kesalahannya
dengan cara lelucon. Namun bila dia mudah tersinggung maka kita bisa menegur saat
di luar jam pelajaran. Bila suasana yang tercipta adalah tegang maka materi
yang diberikan tidak diserap hingga maksimal dan akhirnya prestasi menurun.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peserta didik mserupakan subjek utama dalam penyelenggaran pembelajaran.
Tugas utama peserta didik adalah belajar, yaitu kegiatan atau usaha yang
dilakukan untuk memperoleh perubahan perilaku dari segala aspek, mulai dari
kognitif sampai psikomotorik.
Selama proses belajar berlangsung, pengembangan
kepribadian peserta didik pun ikut berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhinya
adalah faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya,
pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil pengalaman
kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang
sudah ada. Begitu banyak tipe dan karakteristik dari kepribadian dan tiap
individu.
Dan setiap orang memiliki kepribadian yang tidak sama, sehingga dengan ketidaksamaan
tiap individu, para pendidik harus bisa memahami kepribadian masing-masing agar
prestasi peserta didik satu dengan peserta lainnya mempunyai peluang yang sama
tanpa membuat kepribadian buruk mereka muncul.
B. Saran
Anak akan paling cepat belajar
bila hal itu dijadikan sesuatu yang menyenangkan dan memuaskan. Dalam proses
belajar ada dua macam dorongan. Yang pertama adalah dorongan dari luar, secara
lahir. Beberapa contoh dari dorongan sejenis ini ialah ganjaran, hadiah,
penghargaan, dan pujian. Dalam mengajar di Sekolah Minggu ada tempat bagi
dorongan sejenis ini, tetapi jangan sampai merupakan dorongan satu-satunya
Di akhir makalah ini, mulailah dengan mengucapkan
bismillahirrahmannirrahim, kembalilah keawal untuk kedua kalinya, bukalah terus
lembaran demi lembaran makalah ini bersama dengan dihari-harimu agar anda ingat
dengan materi/ judul makalah ini.
Beri pemahaman kepada mereka (mahasiswa) bahwa penting
mendidik seorang anak usia dini, berikan perhatian kepada anak yang beranjak
remaja, usahakan agar anda menjadi sehabatnya yang baik.
Wahai orang – orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dan hendaklah kalian bersama orang–orang yang benar.
Daftar Pustaka
Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Jemars.
Wijaya, Juhana. 1988. Psikologi Bimbingan.
Bandung: PT Eresco.
Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan
belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.
Suadianto.
2009. Pentingnya Mengenak Ke[ribadian Siswa untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar, Online (http://h2dy.wordpress.com/2009/02/17/pentingnya-mengenal-kepribadian-siswa-untuk-meningkatkan-prestasi-belajar, diakses tanggal 6 November 2009).